Gempa Jawa Barat September 2009

Gempa yang terjadi pada tanggal 2 September 2009 lalu, berpusat di 142 km Barat Daya kota Tasikmalaya, meninggalkan begitu banyak kepedihan dan kehancuran di kalangan masyarakat Tasik sampai ke Jawa Barat. Entah sudah berapa banyak orang yang harus kehilangan rumahnya, dan merenungi nasib mereka mendekati Hari Raya Idul Fitri, yang pastinya mereka nantikan untuk dirayakan bersama, sekampung. Namun, sepertinya, Idul Fitri tahun ini, harus mereka lewati dengan sederhana dan sekadarnya.

Sudah berkali-kali saya menginginkan untuk mengunjungi daerah korban gempa ini. Hanya saja, saya tidak memiliki kesempatan untuk pergi, karena adanya beberapa kegiatan lainnya. Keberangkatan beberapa teman saya membuat saya iri; namun, saya pikir, pasti saya akan pergi ke salah satu tempat tersebut juga.

Tanggal 18 September 2009 ini, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke daerah Pangalengan, tepatnya di daerah Cikole, dimana saya dan kawan-kawan mengadakan kontak dengan rekan-rekan Pramuka, yang memang mendirikan posko disana. Pak Agus, kontak kami dari posko Pramuka, memberikan informasi mengenai lokasi mana yang membutuhkan bantuan, berapa banyak, dan yang kami lakukan adalah pergi ke lokasi, dengan sebelumnya membeli beberapa bahan yang dibutuhkan.

Menurut Pak Agus, beberapa daerah memang sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat; setidaknya, mereka sudah kembali berada di dalam rumah. Sebelumnya, mereka tidak berani berada di dalam rumah, karena takut adanya gempa susulan. Beberapa memang mau tidak mau harus tinggal di bawah naungan tenda, karena rumahnya hancur berantakan. Miris bagi saya ketika menyaksikannya.

Saya juga melihat, bahwa sebenarnya rumah penduduk setempat bukanlah gubuk tak layak, namun sebuah rumah beton, yang harus hancur berkeping-keping akibat benturan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia tersebut. Saya miris, karena saya jadi lebih memahami, seagung dan semegah apapun rumah kita, kita memiliki potensi untuk mengalami kerusakan parah; semuanya ditentukan bagaimana cara kita membangun rumah kita sendiri. Pilihan yang tidak terlalu banyak pun keterbatasan dana, sepertinya membuat masyarakat membangun rumah mereka dengan seadanya saja; asalkan bisa berteduh dari panasnya matahari, dinginnya malam serta percikan air hujan.

Banyak hal yang saya pelajari dari kunjungan kali ini. Trip yang berbau sosial ini membuat saya jadi lebih mengerti banyak hal terutama mengenai birokrasi, tim-tim yang cepat tanggap serta kesulitan dari masyarakat. Namun, satu hal yang pasti, saya berharap, trip seperti ini bisa lebih sering saya ikuti. Nge-trip sekaligus melakukan sesuatu untuk masyarakat. Kunjungi deh daerah-daerah tersebut, they're still need your hand kok...

ime'...

Comments

Popular Posts