The Art of Saving...

Gue nggak tau dengan kalian, tapi, dari gue kecil, gue selalu diajarin menabung terutama sama Papa gue. Menurut gue, cara yang diberlakukan oleh orang tua gue sewaktu gue kecil, cukup efektif, setidaknya untuk gue bisa mengerti bagaimana seharusnya gue mengelola uang jajan gue. Gue belajar mengatur keuangan gue, mulai dari SD kelas 6.

Sewaktu gue kelas 6 SD, gue dikasih uang mingguan sama Mama. Waktu itu, gue inget banget, dikasih uang 500-an, untuk jadi uang jajan gue. Itu semata-mata, supaya gue bisa memperhitungkan dengan baik, berapa banyak uang yang harus gue bawa ke sekolah. Waktu itu sih, uang yang dikasih, hanya mencakup uang jajan aja. Kalau gue mau beli Bobo atau Donal Bebek, gue tetep boleh minta sama orang tua gue. Berlaku juga dengan buku-buku yang lainnya.

Waktu SMP, gue udah mulai terima uang bulanan. Uang bulanan ini, termasuk uang transport, jajan, beli komik, plus uang sekolah. Kalau ada kegiatan tambahan dari sekolah, misalnya dulu gue suka tanding basket ke Bandung, gue boleh minta uang sama Papa. Uang buku wajib, dan buku-buku bacaan pengisi liburan, sepatu dan lain-lain, gue boleh minta sama Papa.
Ini berlangsung terus sampai dengan SMA.

Kuliah, beda lagi; karena semasa kuliah, gue harus mengatur juga uang jajan gue dengan uang kos, foto kopian dan lain sebagainya. Belum lagi beli baju basket, sepatu basket, dan lain-lain. Semakin gue besar, gue semakin harus mengelola uang gue dengan item yang lebih banyak.

Walaupun begitu, ada satu hal yang nggak pernah berubah; budget untuk menabung. Papa gue bilang, minimal, kita harus bisa menabung sebesar 20% dari uang yang kita terima. Well, 20% itu gede lhooo... dan harus gue akui, gue juga sering banget mengorek tabungan gue yang 20% itu. Mungkin, itu juga sebabnya, kenapa tabungan gue tuh susah banget nambahnya. Untuk menyiasati yang kayak gitu, gue mencoba untuk membuka tabungan-tabungan berjangka panjang. Misalnya deposito, tabungan bentuk lain yang nggak bisa diapa-apain dalam jangka waktu tertentu juga. Lumayan sih, walaupun nggak banyak banget, tapi setidaknya, gue bisa menyimpan beberapa rupiah sampai dengan akhir tahun.

Gue belajar untuk mencukupkan diri dengan apa yang gue punya dan berusaha untuk nggak ngutak-ngatik tabungan. Tau nggak sih? Rasanya berat banget setiap kali gue harus menyisihkan beberapa rupiah untuk masuk ke tabungan gue, dan itu nggak boleh gue utak atik sampai beberapa waktu ke depan. Tapi, pas gue liat angka yang ada di buku tabungan gue, nggak jarang gue bersyukur sama Tuhan. Setidaknya, gue punya cadangan uang, pada saat gue membutuhkannya.

Gimana pun susahnya, kita harus menabung kok. Ini baik untuk masa depan kita semua, supaya kita bisa tetap menikmati hasil jerih payah kita di hari depan nanti. Masa di masa yang akan datang, kita cuman bisa gigit jari aja? Nggak lucu amat :D

Kalau kamu, gimana? Menabung juga-kah? Apa sih rasanya?


ime'...

Comments

qimqim said…
Nabung..korek..nabung..korek lagi..( mau )nabung!
Lagi berusaha nabung nih, doakan sakseiiss ya...
ime' said…
:)):)):)) napsu ente untuk beli tiket murah kudu di-rem tuh bu :P

jadi, Indonesia bagian mana yang bakalan kita jelajah kali ini? :D

Popular Posts