Movie: Footloose (***)

Ada yang udah pernah nonton film Footloose? Gue! Barusan aja, hahahah.... enaknya ada iTunes sama Netflix itu adalah lo bisa nonton sesuka hati lo, film se-lama yang lo mau. Gue suka dengan film-film musikal atau yang dance, selain tentunya film-film action, adventure, comedy, romance, drama, dan mostly hal-hal yang berhubungan dengan Jews (ini, entah kenapa). 

Footloose ini cerita mengenai suatu wilayah, yang namanya Bomont yang mengeluarkan kebijakan yang melarang menari di wilayah-wilayah publik, karena adanya kecelakaan yang merenggut sekitar 5 orang muda. Padahal, kebanyakan anak-anak muda di situ, senang sekali dengan menari di wilayah-wilayah publik. Karena kebijakan tersebut, even prom-night is not allowed.

Kemudian datangnya si Ran McCormack (cyynnn, namanya susah yaaa...) dari Boston ke Bomont, membawa suatu perubahan. Karena dia anak baru dan tidak tahu menahu, maka dia melakukan hal-hal yang sebenarnya lumrah untuk dilakukan oleh anak-anak remaja. Belakangan, dia tahu latar belakang cerita dari kebijakan tersebut, dan mulai membuat sebuah petisi, di mana ia mengajak kota Bomont, untuk kembali menghidupkan kesenangan mereka akan menari. 


Lucu, salah satu orang yang menentang dia adalah seorang pendeta. Dan ketika Ran mengajukan petisi tersebut, dia juga menggunakan ayat-ayat di Alkitab yang relevan terhadap argumennya, dan akhirnya, seluruh kota buy-in pada ide-nya Ran.

Salah satu hal yang menarik perhatian gue adalah ketika Ran ditanya oleh tantenya (yang memelihara dia, karena orang tuanya sudah tidak bersama dengan dia), mengenai mengapa Ran ingin sekali mengajukan petisi ini, dan menghapuskan kebijakan yang melarang anak-anak muda untuk menari di depan publik. Ran mengatakan pada tantenya, bahwa ketika ibunya meninggal, dia merasa bahwa segala sesuatu yang ia kerjakan, sama sekali tidak bisa mengubah keadaan ibunya. Namun, petisi ini adalah salah satu hal yang membuat dia menyadari bahwa, dia tidak akan pernah tahu apakah kebijakan tersebut akan diluluskan atau tidak. Tapi, setidaknya, dia bisa melakukannya untuk dirinya sendiri, dan who knows, siapa tahu bisa mendatangkan hal yang baik bagi orang lain.

Gue belajar bahwa memang ada kalanya kita take things light, dan menerima keadaan just like that, tanpa mau memperjuangkan apa yang menjadi keinginan kita atau mimpi kita. Kita kadang menyerah cuman karena orang bilang, apa yang kita lakukan itu nggak akan pernah bisa tembus. Gue juga belajar mengenai pertemanan di film ini. Memang hanya dengan teman-teman yang positif yang akan mendukung kita semua untuk melakukan suatu hal yang positif juga. Healthy environment, di mana kita bisa dibesarkan dengan hal-hal yang positif dan membangkitkan semangat. Our confidence itu datangnya dari teman-teman kita juga. Dan memiliki teman-teman yang baik, merupakan anugerah yang luar biasa, it makes your fight worth a lot than you can ever imagine.

Nonton deh. I think it's a good movie. Not that sophisticated, but it is just good enough.

Comments

Popular Posts