(1/52) Project 365: Seeing Your Life in A Different Way
(1/52) Punya teman-teman untuk berbagi itu menyenangkan banget. Gue suka bergaul dengan orang-orang yang selalu berbicara mimpi, ide, atau bahkan sama-sama mendukung satu sama yang lain untuk mencapai tujuan. Salah satu teman gue yang sekarang berdomisili di Kanada, tiba-tiba sering banget posting di Instagram-nya dengan hashtag #project365. Gue perhatiin gitu ya, isinya, ternyata itu project untuk dia posting sesuatu everyday selama tahun ini. Lama-kelamaan gue tertarik juga.
Sebenarnya nggak langsung tertarik gitu aja, tapi, gue berpikir, hey, udah lama gue nggak motret-motret. Dulu, waktu gue masih aktif luar biasa sama bebi (SLR Canon gue), gue bisa jeprat-jepret, belajar sesuatu yang baru, beli majalah fotografi, even buat studio mikro yang cuman bermodalkan kertas, box sepatu, sama lampu belajar untuk lightingnya. It was awesome sih, tapi kemudian gue mati gaya. Funny untuk melihat betapa kemalasan bisa mengambil potensi dan passion elo begitu aja. Jadi, dengan #project365 gue berpikir untuk kembali memunculkan ketajaman penglihatan mata gue.
Gue baru menjalani sekitar 7 hari, sebenarnya 8 hari sih, tapi yang hari ke-7 gue lewat. Tau nggak kenapa?
I found out di hari yang ke-7 bahwa hidup gue tuh gitu-gitu aja: lari pagi di komplek, kereta, masak untuk lunch, duduk depan laptop, makan, pulang, nyicil masak buat besok, facebook, path, instagram (untuk posting #project365), WA, BBM, and that's all. Itu pun gue udah merasa capek banget, luar biasa. Tapi, gue menyadari betapa monotonnya hidup gue, yang seharusnya gue bisa aja mencari-cari sesuatu yang baru untuk gue abadikan dalam rangka #project365 ini.
Kemarin, di hari membosankan nasional itu, gue juga tiba-tiba mendapatkan kalimat ini terlintas santai di benak gue, "Feeling bored makes you tired easily". Wow!!! Rasanya langit runtuh menimpa gue. Jadi, pada akhirnya, gue berusaha untuk mencari sesuatu yang baru. So, gue minta ijin lah sama bos gue kemarin untuk kerja di luar; against all the odds, of course.
Gue kerja di pojokan sebuah warung kopi di wilayah Thamrin. Menyaksikan dengan seksama pembicaraan di grup WA tentang mobilisasi dari (setidaknya) 3 Perguruan Tinggi ternama di Indonesia, dalam rangka penyelamatan KPK. Sementara di grup lainnya, ada yang menanggapi dengan berkata, "Lucu banget. Apa kita nggak jadi tertawaan pengamat politik?" Dan di grup lainnya lagi bicara hal-hal bodor yang nggak jelas, tapi bisa membuat rahang sakit. Pada saat yang bersamaan, gue harus membaca begitu banyak publikasi tentang poverty dan inequality, untuk kemudian bisa membantu gue membangun argumen yang kokoh mengenai bagaimana pembangunan rendah karbon itu harus bisa menyelesaikan isu kemiskinan dan ketimpangan. Semua ini menurut gue business as usual, alias, sesuatu yang biasa buat gue. Buat paper, baca, dan lain-lain; hingga membuat gue tidak dapat menemukan hal-hal menarik yang bisa gue jepret untuk gue jadikan bagian dari #project365.
Padahal, kalau saja gue mau meninggalkan kalimat "ini biasa banget bagi gue", mungkin gue bisa memberikan sesuatu yang menginspirasi teman-teman yang bergerak di #project365. Gue jadi belajar bahwa gue kurang appreciate 'keramaian' yang terjadi dalam hidup gue, dan gue menganggap hidup gue itu adalah hidup yang biasa-biasa aja.
Salah satu teman yang ikutan #project365 kemarin posting sederetan kertas post-it warna-warni dan dengan angle yang tepat plus sedikit editing, dia posting itu dengan caption "Life should be colorful". Jadi, gue ketabok juga dengan statement itu. Gue belajar bahwa gue terlalu cepat bosan (memang), dan gue kurang bisa menghargai hari yang tercipta baru. Kalau saja kalian tahu, setiap hari sebelum gue berangkat kerja, gue selalu berdoa bahwa, "Ajar Ime' untuk mengerti bahwa Engkau menciptakan setiap hari itu baru, dimana sukacita baru, damai sejahtera baru, kesempatan yang baru, cinta yang baru, anugerah yang baru, yang sudah Tuhan ciptakan." Tapi pada kenyataannya, ternyata, gue belum bisa mengerti apa arti kalimat "New every morning".
Ini baru hari yang ke-7, ketika gue menyadari, bahwa hidup itu memang diciptakan baru setiap harinya. Masalahnya adalah apakah kita bisa melihat hidup kita itu baru setiap hari, atau kita malah melihat kemonotonan dan kemudian berkeluh-kesah begitu saja?
Postingan ini gue buat supaya gue bisa me-recall seluruh warna dan keindahan hidup gue, yang awalnya gue pandang biasa. Gue berharap, ini bisa jadi awal dari sebuah #project52 , untuk gue bisa mulai mengisi blog ini dengan cerita-cerita gue yang penuh kehidupan luar biasa setiap minggunya di tahun 2015 ini.
Let's count our blessings, dan nggak cuman mengeluh karena hidup kita monoton. Seorang bijak pernah bilang ke gue, rutinitas itu kalau dikerjakan dengan benar, sama seperti memutar tutup botol minuman. Jika diputar ke arah yang benar, maka kita akan dapat membuka botol minuman itu dan menikmati kesegaran yang ada di dalamnya. Tapi memutarnya kan nggak sekali, diperlukan upaya berkali-kali. Demikian juga rutinitas. Kalau kita melakukannya dengan benar, berkali-kali, maka kita akan bergerak menuju kesempatan yang lebih besar dan lebih luar biasa.
Have a great week, people :)
Sebenarnya nggak langsung tertarik gitu aja, tapi, gue berpikir, hey, udah lama gue nggak motret-motret. Dulu, waktu gue masih aktif luar biasa sama bebi (SLR Canon gue), gue bisa jeprat-jepret, belajar sesuatu yang baru, beli majalah fotografi, even buat studio mikro yang cuman bermodalkan kertas, box sepatu, sama lampu belajar untuk lightingnya. It was awesome sih, tapi kemudian gue mati gaya. Funny untuk melihat betapa kemalasan bisa mengambil potensi dan passion elo begitu aja. Jadi, dengan #project365 gue berpikir untuk kembali memunculkan ketajaman penglihatan mata gue.
Gue baru menjalani sekitar 7 hari, sebenarnya 8 hari sih, tapi yang hari ke-7 gue lewat. Tau nggak kenapa?
I found out di hari yang ke-7 bahwa hidup gue tuh gitu-gitu aja: lari pagi di komplek, kereta, masak untuk lunch, duduk depan laptop, makan, pulang, nyicil masak buat besok, facebook, path, instagram (untuk posting #project365), WA, BBM, and that's all. Itu pun gue udah merasa capek banget, luar biasa. Tapi, gue menyadari betapa monotonnya hidup gue, yang seharusnya gue bisa aja mencari-cari sesuatu yang baru untuk gue abadikan dalam rangka #project365 ini.
Kemarin, di hari membosankan nasional itu, gue juga tiba-tiba mendapatkan kalimat ini terlintas santai di benak gue, "Feeling bored makes you tired easily". Wow!!! Rasanya langit runtuh menimpa gue. Jadi, pada akhirnya, gue berusaha untuk mencari sesuatu yang baru. So, gue minta ijin lah sama bos gue kemarin untuk kerja di luar; against all the odds, of course.
Gue kerja di pojokan sebuah warung kopi di wilayah Thamrin. Menyaksikan dengan seksama pembicaraan di grup WA tentang mobilisasi dari (setidaknya) 3 Perguruan Tinggi ternama di Indonesia, dalam rangka penyelamatan KPK. Sementara di grup lainnya, ada yang menanggapi dengan berkata, "Lucu banget. Apa kita nggak jadi tertawaan pengamat politik?" Dan di grup lainnya lagi bicara hal-hal bodor yang nggak jelas, tapi bisa membuat rahang sakit. Pada saat yang bersamaan, gue harus membaca begitu banyak publikasi tentang poverty dan inequality, untuk kemudian bisa membantu gue membangun argumen yang kokoh mengenai bagaimana pembangunan rendah karbon itu harus bisa menyelesaikan isu kemiskinan dan ketimpangan. Semua ini menurut gue business as usual, alias, sesuatu yang biasa buat gue. Buat paper, baca, dan lain-lain; hingga membuat gue tidak dapat menemukan hal-hal menarik yang bisa gue jepret untuk gue jadikan bagian dari #project365.
Padahal, kalau saja gue mau meninggalkan kalimat "ini biasa banget bagi gue", mungkin gue bisa memberikan sesuatu yang menginspirasi teman-teman yang bergerak di #project365. Gue jadi belajar bahwa gue kurang appreciate 'keramaian' yang terjadi dalam hidup gue, dan gue menganggap hidup gue itu adalah hidup yang biasa-biasa aja.
Salah satu teman yang ikutan #project365 kemarin posting sederetan kertas post-it warna-warni dan dengan angle yang tepat plus sedikit editing, dia posting itu dengan caption "Life should be colorful". Jadi, gue ketabok juga dengan statement itu. Gue belajar bahwa gue terlalu cepat bosan (memang), dan gue kurang bisa menghargai hari yang tercipta baru. Kalau saja kalian tahu, setiap hari sebelum gue berangkat kerja, gue selalu berdoa bahwa, "Ajar Ime' untuk mengerti bahwa Engkau menciptakan setiap hari itu baru, dimana sukacita baru, damai sejahtera baru, kesempatan yang baru, cinta yang baru, anugerah yang baru, yang sudah Tuhan ciptakan." Tapi pada kenyataannya, ternyata, gue belum bisa mengerti apa arti kalimat "New every morning".
Ini baru hari yang ke-7, ketika gue menyadari, bahwa hidup itu memang diciptakan baru setiap harinya. Masalahnya adalah apakah kita bisa melihat hidup kita itu baru setiap hari, atau kita malah melihat kemonotonan dan kemudian berkeluh-kesah begitu saja?
Postingan ini gue buat supaya gue bisa me-recall seluruh warna dan keindahan hidup gue, yang awalnya gue pandang biasa. Gue berharap, ini bisa jadi awal dari sebuah #project52 , untuk gue bisa mulai mengisi blog ini dengan cerita-cerita gue yang penuh kehidupan luar biasa setiap minggunya di tahun 2015 ini.
Let's count our blessings, dan nggak cuman mengeluh karena hidup kita monoton. Seorang bijak pernah bilang ke gue, rutinitas itu kalau dikerjakan dengan benar, sama seperti memutar tutup botol minuman. Jika diputar ke arah yang benar, maka kita akan dapat membuka botol minuman itu dan menikmati kesegaran yang ada di dalamnya. Tapi memutarnya kan nggak sekali, diperlukan upaya berkali-kali. Demikian juga rutinitas. Kalau kita melakukannya dengan benar, berkali-kali, maka kita akan bergerak menuju kesempatan yang lebih besar dan lebih luar biasa.
Have a great week, people :)
Comments