Travel Korea Selatan: Warna-warna Musim

Postingan ini masih ada hubungannya dengan travel gue di bulan Oktober 2019 yang lalu. Wilayah ini merupakan wilayah terakhir yang gue kunjungi di perjalanan gue kali ini. Satu hal yang membuat gue termotivasi ke tempat ini entah untuk yang keberapa kalinya adalah warna musim. Maksud gue dengan warna musim adalah kedua tempat ini bisa memperlihatkan warna-warna yang berbeda di musim yang berbeda-beda. Tempat pertama yang gue kunjungi adalah Nami Island dan yang kedua adalah Garden of Morning Calm.




Nami Island



Kalau ke Nami Island, tantangan terbesarnya adalah lautan manusia yang memenuhi tempat ini di waktu kapan pun; baik musim, hari, dan jam. Untuk overcome lautan manusia ini, kali ini, gue mencoba metode lain. Berhubung gue kemarin pakai kereta, jadi gue atur kereta gue untuk sampai di Gapyong station di kisaran jam 8 pagi-ish. Kalau ngikutin rute biasa, di stasiun Gapyeong, ada shuttle bus yang bayar sekali, bisa naik-turun sesuka mungkin. Ketimbang naik shuttle bus itu, gue naik taksi, karena shuttle bus itu baru beroperasi jam 9 pagi. Naik taksi ternyata jauh lebih cepat, dan memang lebih murah kalau tujuannya hanya ke Nami Island aja (himbauan untuk naik taksi kalau hanya ingin ke Nami Island, yang ada di stasiun Gapyong itu emang benar!). Alhasil, gue sampai ke Nami Island pagi banget deh. Mungkin jam 8-an. Untungnya sih udah ada Ferry yang bisa membawa gue ke Nami island.

Masih pagi, masih banyak pegawai Nami Island yang baru sampai






Nami island di pagi hari itu menyenangkan banget. Sepi, dan fresh. Gue mulai jalan ke arah pepohonan yang memang jadi tempat foto paling laris selama gue mengunjungi Nami island. Sepi sih. Hepi pas di situ. Masalahnya adalah mereka kalau masih pagi itu, masih beresin daun-daunan. Jadi, pas gue sampai, ada mobil berat pas di tengah-tengah jalan tempat si deretan pepohonan ini tumbuh. Gue cuman ngakak sih; ngakak kasian banget sama diri gue. Secara gue bangun pagi banget untuk ngejar kereta kan ya? Gue tetap ngambil gambar sih. Cuman ya gitu, dongkol aja.

Ini salah satu spot yang paling laris juga. Nah, kalau ini gak ada mobil beratnya. jadi, gue post yang ini aja ya

Ini bagian dari deretan pohon yang ada mobil beratnya. Gak gue ambil semuanya, biar mobil beratnya gak kelihatan.

Bagi gue, Nami island ini tempat yang cukup tenang untuk gue bisa mikir. Beberapa spot favorit gue tentunya akan tercermin di foto-foto gue. Kalau gue ke Nami island, gue lebih sering merenungnya daripada jalan-jalannya. Apalagi kalau duduk di bench yang ada di paling ujung pulau, menghadap ke bagian danau yang lain. It’s a solitude buat gue. For this, gue bersedia untuk invest (bangun pagi, naik taksi). Menurut gue, kesehatan jiwa itu harganya jauh lebih mahal ketimbang bangun pagi (yang bisa tidur juga di kereta), sama harga taksi (duit bisa dicari).











Garden of the Morning Calm

Kalau gak suka jalan kaki, jangan ke sini. Capek berat. Tapi kalo suka jalan kaki dan penuh rasa ingin tahu, tempat ini mungkin bisa membantu. Tempat ini juga menunjukkan warna-warna musim, karena setiap musim warna-warna yang muncul di sini akan berbeda sangat. Kalau ke sini pas musim dingin, jangan pas hari terang, tapi datang pas gelap; setelah sunset. Pada musim dingin, tumbuhannya banyak yang mati. Tapi, mereka pasang lampu-lampu di sekitar tanaman-tanaman tersebut, dibuat bentuk apa aja. Pas malam, indah banget. Makanya, setiap musim dingin, Garden of the Morning Calm ini akan buka sampai malam, mungkin sampai jam 9 atau 10 kali ya. Lupa gue.



Gue udah pernah ke sini di musim dingin, musim panas, dan kemarin, musim gugur. However, kayaknya kemarin itu musim gugurnya mundur deh. Gue berharap melihat dominasi warna kuning, oranye, merah gitu, nggak muncul. Rasanya sebel. Atau perlu gue salahkan climate change?


Salah satu tempat favorit gue adalah pemandangan yang ada pagodanya. Di sana ada namanya tea house. Tapi, waktu gue berkunjung bulan Oktober 2019 yang lalu, tempat itu tutup. Renovasi kayaknya. Kalau di tea house, duduk deh di dekat kaca yang menghadap ke Pagoda. Again, gue akan bisa menghabiskan waktu di situ hanya untuk melihat pemandangannya, baca buku, nulis, dan kegiatan lainnya. It’s very quiet, dan gue suka banget. Mungkin karena pada dasarnya, gue capek juga ya dengan kebisingan, traffic lah, schedule, kerjaan, dan hal-hal lainnya. Jadi, solitude yang begini ini, adalah yang paling gue cari di dalam setiap liburan gue.




Selesai dari Garden of the Morning Calm, gue langsung ke Cheongpyong Station, untuk naik kereta balik ke Seoul. Cuman masalahnya adalah gue sampai di stasiun terlalu awal. Stasiun Cheongpyong ini gak ada apa-apanya. Jadi kalau mau makan, ya cuman ada convenience store, yang membuat gue nggak convenient somehow kalau untuk makan malam. Jadi, gue jalan lah ke bagian belakang stasiun, ke kota kecil yang ada di situ. Ternyata, di sana ada tempat makan, dan café. 






Gue mampir ke salah satu café yang ada, dan gue istirahat di situ. It is much better there, daripada nunggu di stasiun. Café-nya nyaman banget. Lucunya, mereka punya menu Bahasa Inggris, tapi waktu gue ke sana, gak ada satu pun dari mereka yang ngomong Bahasa Inggris. Pada saat hal ini terjadi, tentu saja Bahasa tubuh menjadi pemersatu kita semua. It was ok kok. At least I got my tea right, and some snacks. So, it’s all good. All you need to do is to gather your courage to ask and speak.

ime’…

Comments

Popular Posts